Fimela.com, Jakarta Sebagian besar orang malas ke dokter gigi bukan karena takut, melainkan karena biaya. Studi di Amerika Serikat mengungkap, 13 persen masyarakat AS malas berkunjung ke dokter gigi karena menganggap biaya pemeriksaannya terlalu mahal. Sementara itu, 25 persen masyarakat AS dari kelas bawah cenderung lebih memprioritaskan pemeriksaan kesehatan lain yang sesuai dengan pendapatan mereka. 

Sejalan dengan kondisi di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 memaparkan bahwa sebanyak 94,9 persen masyarakat perkotaan tidak pernah ke dokter gigi dalam setahun terakhir. Dari 57 persen masyarakat yang mengalami masalah gigi dan mulut, hanya 10,2 persen yang berkunjung ke dokter gigi. 

Hal ini didasari adanya kekhawatiran akan biaya perawatan gigi yang mahal. Masyarakat beranggapan, akan lebih baik datang ke dokter gigi ketika rasa sakit gigi sudah tidak tertahankan karena biaya perawatan akan lebih murah dibanding harus rutin kontrol gigi setiap enam bulan sekali. 

Padahal, biaya pengobatan dan perawatan gigi menjadi lebih mahal jika pasien sudah mengalami masalah gigi dan mulut yang kronis. Melihat permasalahan tersebut, Smile Dental hadir sebagai The Future of Dentistry yang menawarkan new experience dental treatment saat pergi ke dokter gigi. 

Di Smile Dental, pasien bisa melakukan virtual consultation dan price check untuk mengetahui treatment plan dan estimasi biaya yang perlu dikeluarkan sebelum melakukan perawatan gigi di klinik. Berbeda dengan klinik konvensional pada umumnya yang tidak memberikan transparansi biaya dan layanan perawatan gigi di awal tahap konsultasi. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *